Kabar Perang - Damaskus: Setidaknya 15 mahasiswa di Damaskus tewas
pada Kamis (28/3) dalam serangan mortir yang disebut media pemerintah
dilakukan para teroris.
Serangan ke Universitas Damaskus terjadi ketika adanya peperangan antara
para pemberontak dan pasukan loyalis di wilayah-wilayah pinggiran kota.
Pesawat-pesawat perang menjadikan kantong-kantong pemberontak di Irbin
dan kota-kota sebelah timur Damaskus sebagai target serangan.
"Sebanyak 15 mahasiswa tewas dalam serangan mortir yang mengarah ke
fakultas arsitektur," kata dekan Universitas Damaskus Amer Mardini
seperti dikutip kantor berita resmi Sana.
Rezim menggunakan istilah teroris bagi para pemberontak yang kian
meningkatkan sasaran untuk menjatuhkan Presiden Bashar Al-Assad. Sana melaporkan bahwa enam orang mengalami luka-luka karena mortir yang menyasar ke kantin fakultas.
Stasiun televisi pro-pemerintah Al-Ikhbariya memperlihatkan gambar satu
teras yang dipenuhi dengan kaca-kaca pecah serta kursi-kursi yang
terbalik.
Gambar itu juga memerlihatkan para dokter sedang menangani anak-anak
muda yang luka parah. Beberapa di antara mereka terlihat dalam keadaan
tidak sadar.
Persatuan mahasiswa nasional mengutuk serangan teroris pengecut yang
menjadikan fakultas arsitektur Universitas Damaskus sebagai sasaran.
Para pemberontak yang memerangi pemerintahan Assad telah meningkatkan
serangan mortir di Damaskus pusat tahun ini, termasuk Umayyad Square
yang merupakan tempat kantor pusat televisi pemerintah berada.
Kelompok pengawas yang berpusat di Inggris, Syrian Observatory for Human
Rights, yang mengandalkan sumber-sumber di lapangan untuk mendapatkan
informasi, mendesak diakhirinya serangan-serangan mortir di Damaskus.
"Mayoritas orang yang terbunuh dalam serangan mortir di Damaskus itu
ialah warga sipil," kata direktur kelompok tersebut, Rami Abdel Rahman.
Juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat Victoria Nuland
mengatakan masih belum jelas dalang di balik serangan.
Namun, ia mendesak kedua belah pihak untuk sangat waspada dalam
menghindarkan serangan kepada warga sipil dan untuk memastikan bahwa
tindakan-tindakan mereka tidak melanggar hukum internasional.
Anggota parlemen Daraa Suriah, Walid al-Zohbi, mengatakan di televisi
bahwa para pemberontak telah menguasai sebagian besar wilayah selatan.
"Suriah tidak lagi berada dalam krisis. Suriah sudah terjerumus dalam
perang sepenuhnya. Terorisme sudah menyebar di Suriah. Demikian pula
kekacauan. Ini adalah kenyataan dan semua warga Suriah mengetahuinya,"
ujarnya kepada parlemen.
Zohbi mengatakan militer telah menarik diri dari banyak posisi dan
teroris-teroris dari Front Al-Nusra telah mengambil alih tempat mereka.
Kelompok jihad itu dikategorikan Washington sebagai teroris.
No comments:
Post a Comment