Kabar Perang-Bamako: Sedikitnya 50 militan terkait Al-Qaeda tewas
selama beberapa hari terakhir ini dalam bentrokan dengan pasukan
Prancis dan Mali di dekat kota Gao, Mali utara.
"Pertempuran terus berlangsung pada Minggu pagi sekitar 60 kilometer
sebelah utara Gao antara militan garis keras dan pasukan Mali yang
dibantu militer Prancis. Kami telah menguasai keadaan," kata sumber
militer Mali, Minggu (3/3), yang dihubungi melalui telefon dari Bamako,
ibu kota negara tersebut.
"Sedikitnya 50 militan MUJAO tewas sejak dua hari lalu (Jumat, 1/3),"
tambah sumber itu menunjuk pada kelompok Gerakan Keesaan dan Jihad di
Afrika Barat (MUJAO).
Seorang prajurit Mali yang mengambil bagian dalam pertempuran pada
Jumat malam di dekat Gao mengatakan, Sabtu (2/3), pasukan Mali telah
menghancurkan sebuah pangkalan MUJAO.
Menurutnya, kelompok militan itu mengalami kekalahan besar selama
pertempuran yang berlangsung di In-Manas, 60 kilometer sebelah timur
Gao. Pasukan yang dipimpin Prancis merebut kembali Gao pada 26 Januari
dari militan terkait Al-Qaeda yang menguasai wilayah Mali utara selama
10 bulan setelah kudeta militer.
Prancis, yang bekerja sama dengan militer Mali, pada 11 Januari
meluncurkan operasi ketika militan mengancam maju ke ibu kota Mali,
Bamako, setelah keraguan berbulan-bulan mengenai pasukan intervensi
Afrika untuk membantu mengusir kelompok garis keras dari wilayah utara.
Mali, yang pernah menjadi salah satu negara demokrasi yang stabil di
Afrika, mengalami ketidakpastian setelah kudeta militer pada Maret 2012
menggulingkan pemerintah Presiden Amadou Toumani Toure.
Masyarakat internasional khawatir negara itu akan menjadi sarang baru
teroris dan mereka mendukung upaya Afrika untuk campur tangan secara
militer.
PBB telah menyetujui penempatan pasukan intervensi Afrika berkekuatan
sekitar 3.300 prajurit di bawah pengawasan kelompok negara Afrika Barat
ECOWAS.
Dengan keterlibatan Chad, yang telah menjanjikan 2.000 prajurit, berarti jumlah pasukan intervensi itu akan jauh lebih besar.
Kelompok garis keras, yang kata para ahli bertindak di bawah payung
Al-Qaeda di Maghribi Islam (AQIM), menguasai kawasan Mali utara, yang
luasnya lebih besar daripada Prancis, sejak April tahun lalu.
Pemberontak suku pada pertengahan Januari 2012 meluncurkan lagi
perang puluhan tahun bagi kemerdekaan Tuareg di wilayah utara yang
mereka klaim sebagai negeri mereka, yang diperkuat oleh gerilyawan
bersenjata berat yang baru kembali dari Libia.
Namun, perjuangan mereka kemudian dibajak oleh kelompok-kelompok muslim garis keras.
Kudeta pasukan yang tidak puas pada Maret dimaksudkan untuk memberi
militer lebih banyak wewenang guna menumpas pemberontakan di wilayah
utara.
Sayang, hal itu malah menjadi bumerang dan pemberontak menguasai tiga kota utama di Mali utara dalam waktu tiga hari saja.
No comments:
Post a Comment