Kabar Perang-Tokyo: Para pemimpin Jepang dan Korea Selatan berjanji
akan bekerjasama untuk menjatuhkan sanksi lebih keras terhadap Korea
Utara setelah Korea Utara menyatakan melakukan uji coba ketiga senjata
nuklirnya Selasa lalu.
Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe dan Presiden Korea Selatan Lee
Myung-bak mengadakan percakapan telepon, Rabu (13/2). Ini adalah
percakapan pertama sejak Shinzo Abe kembali berkuasa di Tokyo akhir
Desember lalu.
Para pejabat Jepang mengatakan Shinzo Abe dan Presiden Lee Myung-bak
berbicara selama 20 menit. Mereka sepakat untuk berkoordinasi secara
erat dengan Amerika Serikat dalam urusan Korea Utara.
Di Seoul, Presiden Lee akan digantikan oleh Presiden terpilih Park Geun-hye pada 25 Februari mendatang.
Hubungan antara Jepang dan Korea Selatan selama ini dingin karena adanya
sengketa yang belum terselesaikan atas sebuah pulau. Pulau itu dikenal
sebagai Dokdo dalam bahasa Korea dan Takeshima dalam bahasa Jepang dan
dikuasai oleh Korea Selatan sejak awal 1950-an.
Berbicara dalam pertemuan komite parlemen, Menteri Luar Negeri Jepang,
Fumio Kishida mengakui adanya keprihatinan tentang kemungkinan uji coba
nuklir lainnya oleh Korea Utara dalam waktu dekat ini.
Fumio Kishida mengatakan Jepang berusaha sebaik mungkin untuk
mengumpulkan informasi tentang kemungkinan persiapan mempersiapkan
ujicoba nuklir lanjutan milik Korut.
Kishida menambahkan, untuk mencegah Korea Utara melakukan provokasi
lebih lanjut, penting bagi Jepang untuk bekerjasama dengan China.
China merupakan satu-satunya sekutu penting Korea Utara dan pemegang hak
veto di Dewan Keamanan PBB. Jepang berharap China mengizinkan
diberlakukannya sanksi lebih keras terhadap Korea Utara menyusul ujicoba
nuklir.
China telah bergabung dengan negara-negara lain yang meminta dengan keras agar Korea Utara tidak lagi melakukan ujicoba nuklir.
Resolusi DK PBB yang sekarang berlaku melarang negara terisolasi dan miskin itu melakukan ujicoba nuklir atau rudal.
No comments:
Post a Comment