Kabar Perang - Kairo: Bentrokan pecah antara pengunjuk rasa dan aparat
keamanan di dekat Istana Presiden Mesir Ettihadiyah di Kairo Timur pada
Jumat (1/2) malam.
Ratusan pengunjuk rasa mendatangi Istana tempat tinggal resmi Presiden
Mohamed Moursi tersebut dan meneriakkan yelyel anti-pemerintah.
Para pengunjuk rasa semakin banyak pada petang yang datang dari Masjid
Rabiah El Adawiyah Madinat Nasr dan Masjid El Nour di Abbasea, Kairo
Timur.
Para pengunjuk rasa melemparkan batu dan bom molotov ke arah aparat keamanan dan dibalas dengan tembakan gas air mata.
Ratusan pengunjuk rasa itu bertekad menduduki Istana hingga tuntutan mereka terpenuhi.
Beberapa spanduk yang diusung pengunjuk rasa antara lain bertulis "Ganti
penguasa dengan Pemerintah Penyelamat Bangsa," dan "Ganti Konsitutusi
Bentukan Ikhwanul Muslimin."
Selain di Istana Ettihadiyah, unjuk rasa yang berjulukan "Jumat Terakhir" merebak juga di Bundaran Tahrir di pusat kota
Kairo dan sejumlah ibu kota provinsi seperti di Iskandariyah, Port Said, Terusan Suez dan Ismailiyah.
Ratusan pemuda berpakaian hitam pada Jumat petang juga mendatangi Gedung
Majelsi Syura (MPR) di dekat Tahrir dan menyatakan akan medudukinya
hingga tuntutan mereka dipenuhi.
Unjuk rasa ini merupakan rentetan dari aksi serupa sejak peringatan HUT
ke-2 Revolusi 25 Januari pada Jumat lalu dan berlanjut dalam sepekan
terakhir yang menewaskan lebih dari 50 orang dan ratusan lagi cedera
akibat bentrokan dengan aparat keamanan.
Bentrokan terparah terjadi di kota Port Said, Terusan Suez dan
Ismailiyah. Akibat aksi kekerasan itu memaksa Presiden Moursi
memberlakukan jam malam selama satu bulan di ketiga kota tersebut.
Sementara itu, Ikhwanul Muslimin yang mendukung Presiden Moursi tidak berniat turun ke jalan membela pemerintah.
"Kami menahan diri untuk turun ke jalan dan meminta oposisi agar
berunjuk rasa secara damai tanpa pengrusakan," Essam El Ariyan, petinggi
Partai Kebebasan dan Keadilan, sayap politik Ikhwanul Muslimin.
No comments:
Post a Comment