Kabar Perang-Washington: Amerika Serikat saat ini tengah berusaha
meyakinkan Presiden Suriah Bashar al-Assad untuk mundur dari jabatannya
dan menerima konsekuensi yang tak terhindarkan tersebut.
Itu dikatakan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry pada
Selasa (12/2). "Saya yakin terdapat cara yang dapat dilakukan untuk
mengubah sikap Presiden Bashar saat ini (yang ingin tetap berkuasa),"
kata Kerry kepada wartawan.
Diplomat tertinggi Amerika Serikat itu tidak mengungkapkan secara
detail langkah-langkah yang akan dilakukan untuk meyakinkan Bashar. Di
sisi lain, ia mengaku punya firasat baik terhadap keberhasilan
rencananya.
Kerry, yang baru saja bertemu dengan Menteri Luar Negeri Yordania
Nasser Judeh, merasa yakin mundurnya Bashar menjadi hal yang tak
terhindarkan mengingat kondisi perang saudara di Suriah saat ini.
"Saat ini, kondisi di Suriah memang masih belum bisa memaksa dia
untuk turun. Namun di masa depan hal itu tidak terhindarkan," kata
Kerry.
Amerika Serikat saat ini sedang mengusulkan solusi yang bisa
dinegosiasikan untuk mengakhiri perang saudara yang sudah berlangsung
selama 23 bulan dan menewaskan sekitar 70.000 orang di Suriah.
Tujuan dari tindakan Amerika Serikat itu untuk menghindari
terpecahnya Suriah menjadi dua negara. Pasalnya, hal itu sangat
berbahaya dan dapat menghasilkan kemungkinan yang paling buruk bagi
semua pihak.
Selain itu, Kerry mengindikasikan bahwa Amerika Serikat bersama
Yordania akan mendesak Rusia, yang merupakan sekutu Suriah, untuk
memberi tekanan lebih bagi Bashar agar bersedia mundur.
Moskow selama ini mendapatkan kritik tajam karena tetap
mempertahankan hubungan baik dengan rezim Bashar saat berperang dengan
kelompok gerilyawan oposisi.
Negara tersebut juga dikabarkan terus memasok senjata bagi pihak pemerintah di Damaskus.
"Saya tetap mempunyai harapan bahwa Rusia dan Amerika Serikat dapat
menemukan kesamaan prinsip dalam masalah ini," kata Kerry sambil
menambahkan bahwa Raja Yordania Abdullah II akan mengunjungi Moskow.
No comments:
Post a Comment