Sudan telah menutup banyak tempat perlintasan di perbatasan sepanjang 2.000 kilometer setelah pemisahan Sudan Selatan pada 2011. Para pedagang dan komunitas di kedua wilayah itu terpukul atas kebijakan penutupan perbatasan tersebut.
Hampir setahun setelah pisah, bentrokan-bentrokan di perbatasan terjadi dan kedua negara itu tak membuka kontak atas masalah-masalah yang belum terpecahkan terkait minyak, teritorial dan isu-isu lainnya.
Namun negara tetangga Afrika itu sepakat bulan lalu untuk memulai kembali aliran minyak dan mengurangi ketegangan menyusul pembicaraan yang dimediasi Uni Afrika.
Kedua pihak mengatakan akan membuka 10 perlintasan jalan, kereta api dan sungai Nil, delapan di antaranya segera dibuka, dalam pembicaraan baru dengan mediator Uni Afrika di Ethiopia pada Selasa.
Satu perlintasan akan menghubungkan negara bagian Unity di Sudan Selatan dengan Heglig, wilayah yang kaya minyak dan vital bagi ekonomi Sudan. Tentara Sudan Selatan menduduki singkat wilayah itu dalam bentrokan tahun lalu.
Sudan Selatan harus menutup keluaran minyak mentah 350.000 barel per hari pada Januari tahun lalu karena pertikaian mengenai berapa banyak negara itu harus membayar untuk mengirim minyak melalui jaringan pipa Sudan ke Laut Merah.
Perjanjian untuk membuka kembali aliran minyak memberikan keuntungan bagi ekonomi kedua negara yang bergantung pada mata uang asing dari penjualan minyak dan sewa jaringan pipa untuk impor bahan bakar dan makanan.
Sudan memperkirakan kargo minyak pertama dari Sudan Selatan akan tiba pekan depan, kata media negara pada Senin.
Sudan Selatan menyatakan kemerdekaan dari Sudan pada Juli 2011 berdasarkan satu perjanjian perdamaian 2005 yang mengakhiri perang saudara terlama di Afrika.
Kedua negara masih berseteru atas kendali wilayah-wilayah sengketa seperti kawasan perbatasan Abyei.
No comments:
Post a Comment