Kabar Perang - Pyongyang: Otoritas Korea Utara (Korut) diberitakan
media barat telah mengumumkan status perang dengan Korea Selatan
(Korsel), Sabtu (30/3).
Hal tersebut mengutip pernyataan otoritas Korut yang disiarkan kantor berita negara tersebut, KCNA.
Kedua negara itu terlibat perang terbuka pada 1950-1953 yang hanya
diakhiri dengan gencatan senjata. Setelah itu, kedua negara hidup dalam
situasi kondisi yang saling mengancam dan mewaspadai.
"Mulai saat ini, hubungan Utara-Selatan akan memasuki perang antarnegara
dan semua persoalan yang muncul di antara Utara dan Selatan akan
ditangani dengan sesuai," demikian pernyataan otoritas Korut yang
disiarkan KCNA Sabtu (30/3).
Pernyataan itu disebut merupakan kesepakatan pemerintah, partai politik, dan berbagai organisasi di Korut.
Sementara itu Kantor Berita Rusia Ria Novosti menyebut telah
terjadi kesalahan terjemahan dari kantor berita asing mengenai
pernyataan Korut itu. Dalam berita yang dirilis Sabtu sore ini,
Ria Novosti melansir terjemahan pernyataan Korut yang
sebenarnya adalah menekankan bahwa negara itu akan bertindak 'sesuai
hukum perang' jika diserang, dan 'sejak saat itu, hubungan Utara-Selatan
akan memasuki keadaan perang'.
Walau begitu, sejak awal bulan ini, Korut berulang kali mengancam akan
menyerang Korsel dan pangkalan militer Amerika Serikat (AS).
Ancaman itu dilontarkan Korut hampir setiap hari setelah AS-Korsel
memutuskan kembali melakukan latihan militer bersama. Korut menuduh
latihan itu sebagai persiapan menyerang negaranya.
Dalam pernyataannya kali ini, otoritas Korut mengancam akan merespon
tanpa ampun setiap tindakan Korsel yang merugikan kedaulatan negara itu.
Jumat (29/3), pemimpin Korut Kim Jong-un telah menandatangani penyiagaan rudal untuk menyerang AS dan Korsel.
Penyiagaan rudal itu sebagai respon atas kehadiran dua pesawat
pengebom antiradar B-2 milik AS di angkasa Semenanjung Korea pada Kamis
(28/3).
AS memperingatkan Korut bahwa ancaman negeri itu justru akan memperburuk
dan memperbesar sanksi yang sedang diberikan kepadanya. Sedangkan
Korsel terus melakukan pemantauan aktivitas militer Korut.
Kementerian Pertahanan (Kemenhan)Korsel menyatakan tidak ada tanda-tanda aktivitas yang tidak biasa dari militer utara.
Kemenhan Korsel juga mendorong Korut untuk menghentikan pernyataan-pernyataan ancaman.
"Pernyataan Korea Utara hari ini bukanlah sebuah ancaman baru tapi ini
merupakan ancaman provokatif yang terus berkelanjutan," demikian
pernyataan Kemenhan Korsel.
Rakyat Korsel pun dikabarkan beraktivitas seperti biasa dan seolah
tidak terpengaruh ancaman Korut. Kementerian Unifikasi menyatakan
kawasan industri Kaesong, yang berada di kawasan Korut, tetap berjalan
seperti biasa.
Seorang petugas di Seoul mengatakan pekerja Korsel tetap menyebrang
perbatasan untuk bekerja di kawasan industri gabungan yang didanai
rakyat negerinya tersebut.
Namun, dalam pernyataan yang disiarkan KCNA, Korut mengancam akan
menutup kawasan industri. Hal tersebut diutarakan karena kehadiran
Kaesong dianggap sebagai penghinaan martabat bangsa.
"Jika kelompok boneka pengkhianat terus menyebut fakta kawasan industri
Kaesong tetap beroperasi dan merusak martabat kami, akan tanpa ampun
untuk dihentikan dan dimatikan," demikian pernyataan tersebut.
Sementara itu para analis berpendapat konflik terbuka masih mustahil.
Adapun ancaman Korut disebut bertujuan menarik AS untuk berunding, yang
bisa meningkatkan bantuan dan citra dari kepemimpinan Kim Jong-un.
No comments:
Post a Comment