4/05/2013

AS Perkuat Pertahanan Rudal Hadapi Ancaman Korea Utara

AS Perkuat Pertahanan Rudal Hadapi Ancaman Korea Utara - Seoul: Amerika Serikat langsung memperkuat pertahanan peluru kendalinya di wilayah Pasifik dan mengirim interseptor darat ke Guam, setelah sikap Korea Utara mengancam dengan serangan nuklir, Kamis (4/4).

Sekretaris Pertahanan Amerika Serikat Chuck Hagel mengatakan, ancaman dari Pyongyang yang terus bereskalasi ditambah kemampuan militer mereka memunculkan "bahaya yang nyata" untuk AS dan sekutu mereka, Korea Selatan dan Jepang.

"Mereka memiliki kapasitas nuklir sekarang, mereka mampu mengirim rudal," kata Hagel, Rabu kemarin.

"Kita tanggapi ancaman itu secara serius, kami harus siap menghadapi ancaman itu," ujarnya lagi.

Pentagon menyatakan akan mengirim perisai rudal THAAD untuk meindungi basis militer di Guam, sebuah wilayah yang dikuasai Amerika Serikat berjarak 3.380 kilometer di wilayah Tenggara Korea Utara dan memiliki enam ribu personel militer, kapal selam dan peledak bom.

AS melengkapi dua Aegis anti rudal yang sudah disiapkan di wilayah itu.

Setelah peringatan THAAD, militer Korea Utara telah menyetujui untuk aksi militer melawan Amerika Serikat, termasuk juga mengeluarkan senjata nuklir.

"Momentum peledakan itu semakin mendekati," kata seorang staf tentara Korea, menanggapi "tindakan provokatif" AS yang menggunakan pesawat siluman B-52 dan B-2 dalam "latihan" bersama dengan Korea Selatan.

Agresi Amerika Serikat akan "dihancurkan oleh serangan mutakhir yang lebih kecil dan serangan nuklir yang bermacam-macam," kata staf tentara itu.

Korea utara telah membuktikan ancamannya, Kamis, setelah rudal berkekuatan menengah disiapkan untuk menyasar target di Korea Selatan dan Jepang di pantai timur.

"Kami terus mengawasi apakah Korut akan benar-benar menyerang dengan rudal itu atau hanya sebuah gertakan kepada Amerika," kata sumber pemerintah Korea Selatan seperti dikutip kantor berita Yonhap.

Tembakan rudal yang dinilai sangat provokatif ke wilayah laut Jepang merupakan skenario yang disebut pengamat, menjadi jalan Korut untuk keluar dari kriss dengan memamerkan kekuatan senjata.

Profesor di Akademi Diplomatik Nasional Korea di Seoul, Yun Duk-Min, mengatakan, ancaman nuklir terkini serupa dengan isu yang dihembuskan sebulan yang lalu, namun kali ini ditambah dengan persetujuan yang terlihat secara resmi dinyatakan Pemimpin Korut Kim Jong UN.

"Masalahnya apakah Kim yang masih muda dan minim pengalaman mengetahui benar bagaimana menangani eskalasi ini," kata Yun.

"Dimana masalah ini akan berakhir? Itu adalah pertanyaan yang selalu mengusik," ujarnya.

Korut memblokade akses ke wilayah industri Kaesong yang merupakan wilayah gabungan dengan Korsel, Kamis waktu setempat (Rabu WIB), dan masih berjalan hingga hari kedua. Korut juga mengancam menarik sektar 53 ribu pekerjanya sebagai
reaksi atas adanya militer Korsel disana yang ingin melindungi pekerja mereka

Pyongyang menyatakan kepada Seoul, Rabu, aktivitas industri di Kaesong telah berhenti. Bentuk komunikasi itu menggambarkan koordinasi "terakhir" antara kedua negara. "Penutupan kompleks industri itu kini menjadi kenyataan," kata juru
bicara Komite Kedamaian dan Reunfikasi Korea (CPRK).

Korut mengatakan lebih dari 800 warga Korsel berada di Kaesong, yang berjarak 10 kilometer dari batas dengan Korut, dapat segera pergi, namun banyak yang memilih tetap tinggal.

Korea Utara mengancam "pre-emptive" serangan nuklir terhadap Amerika pada awal Maret, dan pekan lalu komando militer tertinggi menyiapkan unit roket dengan status perang.

Banyak pengamat berpendapat, pemasangan sasaran nuklir belum dapat dilakukan untuk mendukung penyerangan wilayah AS itu.

Tensi semakin meninggi di Semenanjung Korea, sejak Desember, ketika Korut mengirim roket besar. Pada Februari, ancaman kembali meningkat dengan tes nuklir ketiga.

Sanksi PBB dan latihan militer gabungan Korea Selatan-AS memicu ketegangan di Pyongyang, mulai dari serangan artileri dan juga pertempuran nuklir.

Eskalasi yang terus meningkat telah menyita perhatian dunia. China dan Rusia kembali meminta semua pihak mengendalikan diri. Sekjen PBB Ban Ki-Moon menyebut situasi itu sudah terlalu jauh dan dikahwatirkan membuat efek yang lebih besar lagi.

Pekan ini, Korut kembali mengancam dengan membuka reaktor nuklir Yongbyon, sumber senjata plutonium. Reaktor itu ditutup pada Juli 2007 di bawah kesepakatan enam negara mengenai pelucutan senjata.

Institut AS-Korea pada John Hopkins University, Rabu, mengatakan kamera satelit pada 27 Maret memperlihatkan konstruksi kerja dari reaktor tersebut telah berlangsung.

No comments:

Post a Comment





Supported By Mael For You